Setiap anak-anak pasti punya mimpi. Bermimpi ingin menjadi seorang yang sukses dan mampu menjadi sosok yang berguna bagi nusa dan bangsa. Mereka berjuang untuk bisa survive dan terus berusaha mencari ilmu sebanyak-banyaknya demi pendidikan mereka. Sayangnya inilah potret pendidikan kita. Pemerintah sibuk mencanangkan program sekolah bertaraf internasional, sementara di sudut sana masih banyak sekolah sederhana yang tak terjamah tangan pemerintah. Banyak sekolah yang rusak dan tidak layak dijadikan sebagai sarana melaksanakan kegiatan pendidikan. Salah satu potret kemirisan pendidikan yang ada di dekat kita adalah SD Taman Sari III, Karawang, Jawa Barat.
Selama satu Tahun, para siswa harus menumpang di teras warga karena bangunan sekolah yang tidak layak dan membahayakan keselamatan para siswa dan guru disana. Tercatat ada beberapa kelas di SD Taman Sari III yang harus melewati proses pendidikan dalam keadaan memprihatinkan. Fasilitas yang tidak layak seperti kursi yang rusak, papan tulis yang usang beserta rak penyimpanan buku dan bangunan yang nyaris roboh menambah pemandangan yang membuat kita benar-benar miris melihatnya.
SD Taman Sari III saat ini hanya menyisakan 3 orang guru saja dan mereka berusaha untuk terus tetap mempertahankan sekolah tersebut dan tak pernah lelah membagi pengetahuan kepada setiap siswanya. Sungguh pengabdian yang tak ternilai harganya. Mereka selalu berharap pemerintah segera mengulurkan bantuan dan memperbaiki bangunan sekolah yang keadaannya memprihatinkan. Ketika kegiatan pembelajaran dimulai, biasanya guru akan membagikan buku paket kepada siswa, namun dikarenakan persediaan buku tersebut terbatas, siswa harus berbagi dengan siswa lainnya untuk bersama-sama menerima pelajaran.
Fasilitas yang minim tak membuat anak-anak tersebut surut menimba ilmu pengetahuan melawan kebodohan. Belum lagi sistem listrik yang belum sampai ke perkampungan mereka tak menyulutkan semangat mereka untuk tetap belajar. Ketika malam tiba, diantara mereka hanya mengandalkan penerangan seadanya seperti lampu corong bahkan sebatang lilin. Mereka sempat mengutarakan harapan mereka dengan mengatakan " saya pengen rumah saya segera ada listriknya supaya saya bisa mengerjakan PR". Sungguh miris namun patut diancungi jempol. Begitu besar semangat mereka untuk mendapatkan pendidikan selayaknya siswa lain. Bersyukurlah anak-anak yang dianugerahi kondisi kehidupan yang layak.
Inilah realita yang menjadi PR besar bagi semua komponen pendidikan. Pemerintah hendaknya lebih memperhatikan kondisi sarana prasarana penunjang pendidikan. Jangan hanya mempropagandakan pendidikan dengan sibuk membuat suatu aturan atau program yang hanya sekedar isapan jempol, sementara untuk menjalani kegiatan belajar mengajar saja masih banyak gedung-gedung sekolah yang terabaikan. Pemerintah seharusnya bersama-sama memulai langkah dengan membenahi sarana prasarana yang dianggap tak layak demi kemajuan pendidikan Indonesia yang lebih baik. Sebagai guru, kita juga hendaknya tak pernah letih memperjuangkan hak para siswa untuk mendapat pelajaran dan ilmu pengetahuan yang bermakna untuk mereka. kKarena sesungguhnya Guru adalah arsitek peradaban bagi generasi bangsa. Jangan pernah pikirkan materi atau kekuasaan semata. Karena ingatlah guru bekerja bukan hanya untuk mendapatkan materi, namun meraih suatu titik yang disebut pengabdian. Nasib bangsa ada di tangan kita. bukankah ilmu adalah suatu amalan yang tak akan pernah putus hingga akhir masa?
the information
taken from: Trans 7, Indonesiaku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar